Rabu, 23 April 2014

BENERAN INI SUDAH LANGKA....SUMPEH LOE...!!!!!

Di Habitat asli nya mungkin emang langka sehingga oleh pemerintah dimasukkan dalam kategori hewan di lindungi dan terancam punah...tapi di rumah kami masih banyak...stok alhamdulillah ada, dari umur 3 bulan sampe 1,5 tahun.
Yang minat untuk adopsi cukup ganti biaya pakan dan biaya perawatannya.
JALAK BALI dari kami resmi ada sertifikat dan Surat Angkut nya..
fungsi dari Surat Angkut (SATS-DN) antara lain :
1. Pada saat kita mengajukan ijin ternak, harus dilampirkan.
2. Salah satu indikasi bahwa sertifikat nya bukan abal-abal , knapa bisa begitu...SATSDN yang mencetak langsung dari BKSDA, diterbitkan berdasar pada sertifikat yg di dalam arsip mereka.
3. Supaya dalam perjalanan lebih aman dan nyaman....

OKE....itu tadi sedikit menyangkut soal legalitasnya si JALAK BALI...
Sekarang kita sedikit flashback soal cara penetasan telur secara manual cekibroooot guys....

Kami pernah mencoba untuk melakukan semacam percobaan kecil-kecilan...supaya hemat di ongkos dan produksi bisa cepat,yaitu dengan penetasan secara manual dalam inkubator..dan ternyata...jeng....jeeennnggg....berhasil...hore...horeeee....( BELUUUM...!!!)
Percobaan pertama, setelah burung bertelur langsung kita ambil dan dimasukan dalam inkubator..dan alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur...BELUM BERHASIL...
Percobaan yang ke dua, Telur kita biarkan selama 1 minggu di eram indukan JALAK BALI...baru kita ambil dan masukan ke inkubator...NAH....alhamdulillah yang ini juga belum berhasil (lagi).
Percobaan ke tiga..biasanya berdasarkan buku primbon kami, telur jalak bali menetas pada hari ke 16-17 setelah telur keluar...nah ini cara terakhir dan harapan satu-satu nya bagi kami ,..setelah H-1 sebelum menetas..telur kita ambil dari sarang dan kita bawa ke inkubator...dan setelah melakukan pengorbanan beberapa telur dan atas ijin dan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa....akhirnya telur juga tidak menetas (lagi). Setelah memberanikan diri untuk memecah telur untuk memastikan embrio nya ada atau enggak...dan JENG...JEEENNGG...dalam telur ada lafal nya..ANDA BELUM BERUNTUNG COBA SEKALI LAGI........dan finnaly..., butiran-butiran air di kelopak mata yg dari tadi ku tahan...akhirnya tak mampu lagi aku bendung..jebol juga pertahananku...berderai air mata di kedua pipiku melihat kegagalan ini...dan Emak ku yang tepat disamping ternyata lagi ngiris bawang merah...*halah....

# dengan backsound Radio Geronimo..PUPUS dari DEWA 19
Aku tak mengerti, apa yang kurasarindu yang tak pernah begitu hebatnyaaku mencintaimu lebih dari yang kau taumeski kau takkan pernah tauaku persembahkan hidupku untukmutelah ku relakan, hatiku padamunamun kau masih bisu, diam seribu bahasadan hati kecilku bicara

Reff :baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangankau buat remuk sluruh hatikusemoga aku akan memahami sisi hatimu yang bekusemoga akan datang keajaiban hingga kaupun mauaku mencintaimu lebih dari yang kau taumeski kau takkan pernah tau

H+1 setelah kejadian tersebut..malam nya tidur nyenyak untuk melupakan semua kejadian pahit tersebut..dalam tidur aku bermimpi ketemu dengan Dr.Boyke pakar soal....ehem2 tersebut...kemudian aku curcol boo' soal kejadian eike....*halah...dan akhirnya beliau memberi tips n trick atas permasalahanku. setelah itu aku pamit dan mengucapkan terima kasih pada beliau, karena telah mau diajak sharing...tapi apa yang terjadi..Dr. Boyke langsung teriak....Heeeiiiii anak mudaa..NO FREE LUNCH GOBL*K......(iki opo meneh....hadeww..)

DAN kira-kira apa yang terjadi.....APAKAH ilmu dari Dr.Boyke tersebut di amalkan...atau di anggap angin lalu...
KALAAAUU...diamalkan...begimana hasilnya...mari kita contak langsung bagi yang penasaran..
silahkan tanya jawab bisa via BBM maupun telphon langsung ke 081804064068
atau via FANPAGE :

INGAAATT.....tulisan tersebut diatas murni bohong belaka...jangan di aplikasikan pada breeding anda...karena resiko ada ditangan penonton....


Minggu, 02 Februari 2014

JALAK BALI DI BALI


for more info : 







Indonesia mempunyai ± 1.539 jenis burung (Bird life, 1995). Dari total jenis burung yang ada di Indonesia tercatat 104 jenis termasuk dalam katagori secara global terancam punah. Pentingnya untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan upaya untuk membantu upaya pelestarian burung-burung yang ada dialam nampaknya banyak mendorong peneliti-peneliti melakukan penelitian tentang burung tersebut sehingga nantinya dalam waktu kedepan jumlah jenis burung yang terancam punah pun dapat lebih diminimalkan.

Mahluk hidup pada kenyataannya tidak selalu mempunyai kerapatan (density) yang sama dalam ruang dan waktu. Ada mahluk hidup yang pada suatu saat tersebar luas dengan kerapatan yang tinggi, tetapi pada saat lain menciut dan sulit dijumpai. Adanya kenyataan itu membuat mahluk hidup itu mempunyai sifat emdemik, tersebar jarang dan menjadi relik (tersisa). Mahluk yang endemik tersebar secara terbatas disuatu daerah atau bagian dari suatu daerah dan secara hidupan liar tidak terdapat di tempat lain. Sedangkan mahluk yang tersebar jarang secara alami tidak mempunyai populasi dengan kerapatan tinggi melalui kejarangan berbiak, persaingan antar individu sejenis maupun tidak sejenis serta penyebab-penyebab alami lainnya tergolong pada mahluk langka. Sementara itu mahluk akan menjadi langka apabila terjadi suatu persaiangan hebat antar jenis pada habitatnya.

Keterbatasan populasi suatu satwa liar dapat pula terjadi oleh sebab-sebab tidak alami yaitu karena prilaku/ulah manusia yang terlalu over berprilaku yang tidak ramah lingkungan, misalnya dalam kegiatan perburuan liar dan merubah suatu habitat hunian satwa liar menjadi fungsi lain yang menyebabkan satwa yang ada semakin terdesak dan menurun populasinya.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu contoh satwa langka dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini menciut hanya terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana .

Pemerintah sangat serius untuk memperhatikan kelestarian satwa endemic yang terancam akan kepunahan ini, karena selain terletak di pulau dewata yang terkenal dengan wisatanya, keberhasilan program pelestarian Jalak Bali(Leucopsar rothschildi) akan menunjukan kepada dunia internasional bahwa Indonesia juga memperhatikan lingkungan melalui prinsip konservasi serta merupakan kewajiban setiap insan untuk mempertahankan dan melestarikan kehidupan liar sebagai wujud untuk mensyukurinya karena hutan dan isinya sangat berguna bagi manusia . Namun diakui semakin kita giat dan berupaya keras untuk melakukan pelestarian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di alam melalui penerapan peraturan perundangan yang ada, pembinaan habitat serta pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan ternyata tantangan dan permasalahannya semakin banyak ditemui dan dirasakan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) selain pada faktor alamiah (kualitas habitat, adanya predator, penyakit, satwa pesaing, maupun mati karena usia tua) juga faktor adanya ulah oknum manusia yang tidak bertanggung jawab.



JALAK BALI (Leucopsar rothschildi)

Morfologi

Dalam ilmu biologi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

· Phylum : Chordota

· Ordo : Aves

· Famili : Passeriformis

· Spesies : Leucopsar rothschildi, Stressmann, 1912

· Nama lokal : Curik Bali, Jalak Bali, Jalak Putih Bali

Ciri-Ciri

1. Bulu

Bulu seluruhnya putih kecuali ujung sayap dan ujung ekor yang berwarna hitam.

2. Mata

Matanya berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tanpa bulu berwarna biru tua.

3. Jambul

Jalak Bali memiliki jambul yang berupa beberapa helai bulu, jantan bentuknya lebih indah dan mempunyai jambul lebih panjang dari pada yang betina.

4. Kaki

Kakinya berwarna abu-abu pucat dengan jari jemari yaitu satu kebelakang, dan tiga jari lainnya kedepan.

5. Paruh

Paruh runcing dengan panjang ± 2–5 cm, berbentuk khas yaitu dibagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung kuning kecoklatan (Sungkawa, 1974 ; Alikodra, 1979).

6. Ukuran

Antara burung jantan dan betina sulit dibedakan, perbedaannya adalah bahwa yang jantan agak lebih besar dan memiliki kuncir yang agak panjang.

7. Telur

Jalak Bali bertelur 2-3 butir, berwarna biru ( Suryawan , 1995 )



Waktu Berbiak di Alam

Pada kenyataan dilapangan waktu perkembangbiakannya, Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) cenderung bersamaan dengan musim hujan yang mana dimungkinkan karena pada musim tersebut tersedia banyak pakan alam di habitatnya dan juga suhu serta kelembabannya dimungkinkan cukup ideal dalam keberhasilan penetasan telurnya sementara beberapa pemerhati Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) menyatakan :

1. Jalak Bali Leucopsar rothschildi) melakukan perkawinan dalam bulan Oktober sampai dengan Januari (Alikodra,1979) .

2. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)berkembang biak pada bulan Januari samapai dengan bulan Juli , cenderung lebih dipengaruhi oleh musim hujan (Suryawan, 1995)

3. Periode kembang biak Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dimulai sejak musim penghujan, yaitu berkisar pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret (Natawira, 1978).



Sarang

Pembuatan sarang dilakukan bersama-sama oleh jantan dan betinanya dan disusun pada dasar lubang sedemikian rupa, lubang sarang tidak dibuatnya sendiri akan tetapi menempati bekas sarang yang dibuat oleh jenis burung Pelatuk atau Bultok dan atau lubang alami pada batang pohon yang terdapat lubang secara alami (gerowong). Bahan yang digunakan untuk menyususun sarang antara lain daun-daun dan rumput kering, ranting, dan bulu burung. Jenis pohon yang secara umum ditempati Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) untuk berkembang biak adalah pohon Talok (Grewia koordersiana), Walikukun (Schoultenia ovata), Laban (Vitex pubescens), dan Klumprit (Terminalia microcarpa).



Penyebaran

Keberadaan penyebaran Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) sesuai dengan sejarahnya berada anatara Desa Bubunan Singaraja sampai dengan Gilimanuk tetapi dari tahun ketahun penyebarannya pun menjadi lebih kecil dan menyempit. Pada masa sekarang ini Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) terbatas hanya menempati Semenanjung Prapat Agung, khususnya di wilayah Teluk Berumbun dan dilokasi Tanjung Gelap Taman Nasional Bali Barat. Menurut IUCN (1966) dalam Suwelo (1976), Jalak Bali masih ditemukan hidup liar diluar kawasan Taman Nasional Bali Barat yaitu di Bubunan (50 km sebelah timur kawasan). Demikian juga Kuroda (1933) menyatakan yang dikutip oleh Euis (1990) pernah menangkap Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di daerah Bubunan dan Pulaki (25 km sebelah timur kawasan) untuk kepentingan penelitian.



Sejarah Penemuan

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) pertama kali ditemukan oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggris yaitu pada tanggal 24 Maret 1911 ketika terjadi kerusakan kapal Ekspedisi Malaku II yang mengangkut para biologiawan dan rombongan penelitian terpaksa mendarat di Singaraja selama ±3bulan. Disekitar Bubunan, Dr. Baron Stressmann menembak Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) untuk kepentingan penelitian. Kemudian pada tahun 1925, Dr. Baron Victor Van Plessenn meninjau pulau Bali dan mengadakan penelitian lebih lanjut atas anjuran Dr. Stressmann, ia menemukan penyebaran Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mulai dari Desa Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan jumlah masih ratusan dan hidup berkelompok (berkoloni). Pada tahun 1928 sebanyak 5 (lima) ekor Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dibawa ke Inggris dan pada tahun 1931 telah berhasil berkembang biak . Pada tahun 1962 kebun binatang Sandiego di Amerika Serikat mengembangbiakan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) (Rindjin, 1989).



Status

1. Sejak tahun 1966, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) telah memasukkan Jalak Bali kedalam red data book, yaitu buku yang memuat jenis flora dan fauna yang terancam punah.

2. Pada konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES (Convention on International Trade in Endegered Species of Wild Flora and Fauna), Jalak Bali terdaftar dalam Appendix I, Yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan .

3. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Kepmen. Pertanian Nomor 421/kpts/Um/70 tanggal 26 Agustus 1970, yang menerangkan antara lain bahwa Jalak Bali dilindungi .

4. Dikatagorikan sebagai satwa Endemik Bali karena Jalak Bali habitat aslinya hanya ada di pulau Bali tidak ada di habitat lainnya (saat ini ruang hunian menyempit hanya ada dikawasan Taman Nasional Bali Barat).



Populasi

Menurut Anonimous, (1999) bahwa kondisi populasi Jalak Bali Leucopsar rothschildi) sejak tahun 1974 sampai tahun 1997 cenderung berfluktuasi lebih dipengaruhi oleh konflik kepentingan kawasan dimana beberapa bagian habitat alaminya tergusur karena kepentingan konversi (perubahan system), selain dari itu laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai kepentingannya berpengaruh nyata makin menekan laju pertumbuhan populasi . Sementara pada saat ini ruang hunian (home ring) dari pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) tidak lebih dari 1000 hektar pada 2 lokasi yaitu di Teluk Berumbun wilayah Semenanjung Prapat agung dan Tanjung Gelap wilayah Pahlengkong.



DINAMIKA POPULASI

Berdasarkan sejarah penyebaran terdahulu pada periode 10 tahun terakhir diketahui bahwa burung Jalak Bali(Leucopsar rothschildi) memiliki wilayah sebaran relative cukup luas antara lain masih dijumpai diwilayah Semenanjung Prapat Agung tepatnya di wilayah Teluk Kelor yang meliputi Asam Kembar, Kali Ombo, Bukit Kelor, Bukit Utama, Kesambi pos, gondang barat dan lembah kesambi. Sedangkan wilayah Teluk Berumbun meliputi daerah Trianggulasi, Kesambi tali, Gondang timur, Laban lestari, menara Shaolin, Kemloko bawah/ belakang atas pos, bukit ponton timur kubah dan kelompang.

Pada wilayah hunian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang ada di Tanjung Gelap hanya berada pada kisaran Kandang pelepasan, Pertigaan Bali Tower, Belakang Bali Sadle, dan Pertigaan Monsoon Forest.

Adapun hasil inventarisasi pada periode Oktober 2008, yang dilakukan oleh para Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Bali Barat, diketahui bahwa jumlah Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang terpantau pada wilayah sebaran Teluk Berumbun sebanyak 14 ekor termasuk 1 anakan dari 32 ekor yang dilepas. Sedangkan pada wilayah hunian Tanjung Gelap sebanyak 16 ekor termasuk 1 anakan dari 20 ekor yang telah dilepas sehingga jumlah keseluruhan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang ada di kawasan Taman Nasional Bali Barat (alam liar, selain di Pusat Penangkaran Jalak Bali Tegal Bunder) sebanyak 30 ekor. Sehingga terjadi penyusutan sebanyak 22 ekor dari total yang dilepas, belum termasuk keberhasilan beberapa anakan yang pada saat inventarisasi tidak ditemukan.

Faktor Pembatas

Daya Biak

Pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang ada di habitat dari hasil monitoring para petugas lapangan yang ada di lingkup BTNBB menyatakan bahwa Jalak Bali berkembang biak rata-rata 1 s/d 2 kali dalam setiap musim pada pasangan yang sama, namun hal itu bisa tidak terjadi akibat dari beberapa gangguan predator dan pesaing penguasa sarang yang ada . Pada keberhasilan anakan (telur menetas) rata-rata berjumlah antara 1-2 ekor anakan pernah terjadi 3 anakan namun hal itu terjadi sangatlah langka. Belum lagi jumlah populasi yang tergolong sedikit sangat dikawatirkan nantinya terdapat perkawinan yang sedarah sehingga anakan menjadi tidak normal . Sehingga dalam hal ini perlu adanya penelitian/ kajian berapa idealnya populasi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mendiami suatu luasan habitat.



Kondisi Habitat

Pada intinya suatu binatang (satwa liar) akan bertahan hidup pada suatu tempat (habitat) , tidak berpindah dan dapat berkembang biak dengan baik karena habitatnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mulai dari kebutuhan akan air, makan, tempat berlindung (cover), tempat bersarang dan keseimbangan antara populasi suatu satwa dengan predator serta satwa yang bersimbiosis menguntungkan atau yang menjadi pesaingnya. Adapun hal tersebut biasa disebut faktor-faktor pendukung suatu habitat yang ideal.

a. Sumber Air

Pada kenyataannya mulai dahulu habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang ada di Semenanjung Prapat Agung tidak ada sumber air tawar, disana hanya terdapat kubangan-kubangan air payau yang pada saat air laut pasang terdapat genangan, sebaliknya pada saat air laut surut menjadi kering hal ini dimungkinkan menjadi faktor semakin menurunnya populasi. Namun saat ini telah dilakukan upaya pembinaan habitat melalui pemberian bak-bak satwa kecil yang diletakkan pada sekitar sangkar pengadaptasian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) sebelum dilakukannya pelepasan.



b. Vegetasi

Seperti pada umumnya satwa liar pasti akan membutuhkan tumbuh-tumbuhan untuk bahan makanannya maupun sebagai tempat perantara mencari makan (hunting food) serta dapat digunakan untuk berlindung dari serangan predator. Pada habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) vegetasi yang menyusun habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yaitu adanya hutan mangrove, hutan musim yang didominasi pohon Talok (Grewia koordersiana), Walikukun (Schoultenia ovata), Pilang (Acasia leucoplea), Tekik (Albizzia lebeckioides), Kemloko (Phylantus emblica), Kesambi (Schleichera oleosa), Laban (Vitex pebescens), Putian (Symplocos javanica), Krasi (Lantana camara) dan Kayu Pait (Strycnos lucida).

Pada musim kemarau pada jenis-jenis pohon yang terdapat pada formasi hutan musim menjadi mengering dan terasa ektrim untuk kehidupan liar yang ada, sedangkan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) pada umumnya juga perlu pemenuhan protein nabati dari tumbuh-tumbuhan tersebut.

Kemudian pada tumbuh-tumbuhan yang ada tersebut merupakan tempat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) juga mencari jenis serangga sebagai jenis pakan favoritnya tetapi pada waktu musim kemarau hal itu sangat sulit didapatnya karena suhu yang panas akibat kemarau panjang sehingga terjadi penurunan kualitas habitat.

c. Predator

Seperti kita kitahui Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang ada dihabitat sekarang ini merupakan Jalak Bali(Leucopsar rothschildi) yang secara keseluruhan merupakan hasil lepasan dari penangkaran yang mulanya terkena rasa ketergantungan oleh manusia sehingga perlu adanya adaptasi yang lama terhadap habitat yang dihuninya karena jenis predator pada kenyataannya cukup beraneka ragam mulai dari Elang Perut Putih(Haliaetus loeucogaster), Elang Ular (Spilornis chela), Alap-alap Capung (Microhierak fringilarius), Biawak(Varanus gauldi), Ular, Musang hitam dan kucing hutan.

Pada rentan waktu ±1 tahun berawal dari pelepasan sampai dengan kegiatan inventarisasi yang dilakukan pada 2008 ini ternyata banyak kejadian yang berindikasi pada penyerangan predator terhadap Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). Penemuan-penemuan barang bukti Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang diindikasikan adanya serangan dan pemangsaan dari predator mayoritas ditemukan dekat sarang yang dikuasainya berupa bulu-bulu serta sisa kaki dan ring warna maupun ring nomor identitas .



d. Satwa Pesaing

Satwa pesaing ini ternyata berpengaruh pada keberhasilan peningkatan populasi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) terbukti dengan adanya kejadian jenis burung Raja Udang melakukan perebutan kekuasaan wilayah sarang gowok yang ada dihabitat, Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang merupakan hasil dari lepasan penangkaran ada yang kalah bersaing dan mengakibatkan luka parah dengan berakhir pada kematian . Begitu juga pada lebah madu, mereka juga merupakan pesaing dalam penguasaan sarang gowok yang ada.



e. Indikasi Tempat bersarang

Pada dasarnya Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dalam mempatkan telurnya tidak seperti halnya jenis burung lain yang mampu membuat sarangnya dengan menata ranting dan semak pada dahan atau tajuk pohon. Jalak Bali(Leucopsar rothschildi) meletakkan telurnya pada rongga-rongga pohon alami atau bekas sarang gowok jenis burung bultok maupun pelatuk sedangkan dihabitatnya dapat terbilang sangat minim adanya sarang gowok alami yang diindikasikan dapat digunakan sebagai sarana untuk menetaskan telurnya.



Perburuan Liar

Konon berdasarkan kabar burung yang tidak jelas arahnya, yang beredar dimasyarakat, Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mempunyai harga setiap ekornya dapat mencapai 10 juta rupiah di pasar gelap. Benar atau tidaknya isu ini berdampak negatif bagi keberadaan populasi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) karena secara tidak langsung memicu masyarakat untuk mengeksploitasinnya meskipun akan berhadapan dengan hukum yang berlaku.

Pada kenyataannya menurut informasi tenaga fungsional polhut, setelah diadakan pelepas liaran Jalak Bali(Leucopsar rothschildi) ke habitat pada awal bulan Desember 2007 , terdapat penemuan barang bukti di daerah Tebing Gondang yang diindikasikan sebagai percobaan perburuan pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) berupa sabit, senter dan pulut (semacam lem dari getah pohon) yang masih disimpan rapi didalam toples plastik, hal itu ditemukan pada saat berpatroli pada beberapa minggu setelah pelepasan. Kemudian polhut juga menginformasikan adanya percobaan perburuan lagi, bahkan mereka sempat meletuskan beberapa tembakan kearah pelaku, karena pelaku sangat gesit dan lihai akhirnya hanya barang bukti pemikatnya yang dapat diambil oleh petugas polhut .

Adapun permasalahan yang mengakibatkan mudahnya pemburu masuk dan melakukan aksinya adalah karena akses dari kawasan Taman Nasional Bali Barat yang mudah dijangkau serta banyak pintu masuk, karena dikelilingi oleh laut serta wilayah yang tidak menyatu pada satu wilayah yang utuh karena terpecah-pecah oleh keberadaan hutan produksi dan terbelahnya kawasan dengan jalan raya menuju arah Singaraja.



Pemasangan Ring Burung Lepasan

Untuk membedakan antara burung lepasan dengan burung asli alam di habitat, para ahli burung menyarankan untuk melakukan pengidetitasan sebelum dilakukann pelepasan baik melalui pemasangan ring maupun pemasangan Chive Transponder kedalam tubuh burung. Pada kenyataannya Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) lepasan yang telah dipasang ring identitas secara riil mengganggu keberadaan burung bahkan mengarah pada terlukanya kaki yang dapat mengakibatkan cacat pada burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi).

Rabu, 29 Januari 2014

NASEHAT LANGSUNG DARI KEPALA SEKSI KSDA SURAKARTA



Inilah kata-kata beliau Kepala Seksi KSDA Surakarta : Johan Setiawan, S. Hut., M. Sc "Harus beli dari penangkar yg resmi. Jika berminat penangkaran silahkan ajukan ijin penangkaran..perlu dicatat ijin penangkaran akan lebih mudah dan cepat jika Bapak beli burung indukan penangkarannya dari penangkar resmi (dibuktikan dg adanya sertifikat dan ring yg sesuai dg kode dlm sertifikat)"



Masih bingung...???

nyooookkk like fanpage kita dulu di

LINK FANPAGE JALAK BALI JOGJA

Sabtu, 25 Januari 2014

PENGEN MELIHARA JALAK BALI ?? KETAHUI DULU ASAL-USULNYA BROO....!!!





For more info Find us at 
FAN PAGE JALAK BALI JOGJA


Gencarnya razia dan sweeping terhadap pemilik hewan langka atau burung langka yang dilakukan Balai konservasi Sumber Daya alam ( BKSDA ) akhir akhir ini seperti terjadi di beberapa daerah termasuk jakarta. harusnya menjadi pendorong bagi pemilik burung ataupun hewan hewan langka untuk segera mengurus surat izin kepemilikan ( sertifikat) khususnya bagi pemilik burung yang dilindungi  seperti halnya Jalak Bali dan beberapa burung yang termasuk dalam jenis langka juga penangkar burung burung langka ataupun paruh bengkok yang termasuk jenis burung yang paling banyak spesies yang dilindunginya.

Dalam kaitan penangkaran dan kepemilikan Jalak Bali ini BKSDA Provinsi Bali dalam website resminya menyebutkan Upaya penangkaran satwa liar sangat dimungkinkan sebagai salah satu upaya pengawetan jenis satwa, untuk melakukan penangkaran ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah asal-usul induk. Induk harus didapat dengan cara yang legal, misalnya harus berasal dari penangkar yang syah/berijin, biasanya setiap satwa yang didapatkan dari penangkaran dilengkapi dengan sertifikat dan jika berasal dari propinsi lain dilengkapi dengan surat angkut (SATS-DN) yang dikeluarkan oleh Balai KSDA asal. Meskipun itu berasal dari penangkaran, tetapi tidak jelas asal-usulnya, satwa tersebut tetap dianggap F0 (tangkapan alam) dan statusnya menjadi dilindungi.

Lalu bagaimana sebenarnya pengurusan surat izin kepemilikan atau penangkaran hewan ataupun burung burung yang dikategorikan langka dan dilindungi pemerintah tersebut. Pengurusan izin penangkaran di BKSDA lebih dipusatkan pada kelengkapan syarat syarat untuk ijin penangkarannya. Ijin itu sendiri diajukan kepada direktur Jendral PHKA (Pelestari Hutan dan Konservasi Alam) Departemen Kehutanan dengan tembusan kepada Direktur konservasi keanekaragaman hayati (KKH), Sekretaris Jendral PHKA dan Kepala Balai KSDA setempat. 

Adapun
surat permohonan ini harus dilengkapi pula dengan:
  1. Proposal Ijin penangkaran
  2. Foto copy KTP untuk individu/perseorangan dan akta notaris badan usaha
  3. Surat keterangan Bebas Gangguan Usaha dari kecamatan setempat
  4. Bukti tertulis asal usul indukan
  5. BAP persiapan tekhnis
  6. dan Surat Rekomendasi dari kepala BKSDA setempat.

Untuk lampiran dari poin ke 4 hingga ke 6 ini adalah hal yang pertama harus kita urus sebelum mengajukan ijin penangkaran, pengurusan
surat surat ini bisa dilakukan di kantor BKSDA setempat.
- Sedangkan untuk Bukti Asal usul indukan bisa berasal dari:
- Jika burung tersebut hasil tangkapan alam prosesnya bisa mengajukan ijin tangkap terlebih dahulu ke kepala BKSDA setempat.
- Jika burung didapat dari impor harus dilengkapi bukti dokumen impor burung
- Burung yang didapat dari hasil konservasi seperti taman burung, kebun binatand, dll
- Burung yang didapat dari penyelamatan satwa.
- Untuk BAP persiapan tehnis bisa didapt dari hasil survey team BKSDA setempat yang ditandatangani oleh kepala BKSDA.
- Surat Rekomendasi adalah
surat yang dibuat oleh kepala BKSDA setempat.

Untuk kepemilikan burung yang dilindungi BKSDA juga memeriksa bukti asal usul dari ring yang digunakan di kaki burung tersebut, ring tersebut harus memiliki kode khusus dan jika burung burung seperti jalak bali yang beredar di pasaran tidak dilengkapi dengan ring tersebut akan dianggap sebagai burung curian atau ilegal dan akan dilakukan penyitaan dan dikembangkan dengan proses hukum.

Alamat dan kontak BKSDA untuk masing-masing propinsi berikut ini diperoleh langsung dari sumber di situs Kementrian
Kehutanan RI. Jika tidak ditemukan nama propinsi yang dimaksudkan, bisa pula dengan menghubungi BKSDA terdekat dengan wilayah yang dilaporkan. Atau bisa juga memberikan pengaduan secara online melalui website resmi Pengaduan BKSDA.

Balai KSDA 
Nangroe Aceh Darussalam
Jl. Cut Nyak Dhien Km 1,2 Kotak Pos 29, Banda Aceh
Tlp. (0651) 42694
Fax. (0651) 41943

Balai Besar KSDA 
Sumatera Utara
Jl. S.M Raja No.
14 Km 5,5 Marindal, Medan
Telp./Fax. 061-7860606

Balai KSDA 
Sumatera Barat
Jl. Khatib Sulaiman No. 46
Padang
Tlp/Fax. (0751) 54136

Balai Besar KSDA 
Propinsi Riau
Jl. HR Soebrantas Km 8,5 Kotak Pos.1048 Tampan, Pekanbaru
Tlp/Fax. (0761) 63135

Balai KSDA 
Lampung
Jl. Haji Zainal Abidin Pagar Alam Rajabasa No. 1 B
Bandar Lampung 35145
Tlp/Fax. (0721) 703882

Balai KSDA 
Sumatera Selatan
Jl. Kol. H. Burlian Km. 6 No. 79, 
Puntikayu, Palembang 30153
Tlp/Fax. (0711) 410948

Balai KSDA 
Jambi
Jl. Arief Rachman Hakim No. 10 B Lt. II 
Telanaipura, Jambi 36124
Tlp/Fax. (0741) 62451

Balai KSDA 
Bengkulu
Jl. Mahoni No. 11 Bengkulu
Tlp/Fax. (0736) 21697

Balai KSDA 
DKI Jakarta
Jl. Salemba Raya No. 9 Lt. III, 
Jakarta Pusat 10440
Tlp/Fax. (021) 3157917, 3158142

Balai Besar KSDA 
Jawa Barat
Jl. Gede Bage Selatan No. 117 
Cisaranten Kidul,
Rancasari,
Bandung
Tlp/Fax. (022) 7567715
Website : bbksda-jabar.dephut.go.id

Balai KSDA 
D.I. Yogyakarta
Jl. Gedong Kuning 172 Kotagede,
Yogyakarta 55171
Tlp. (0274) 373324
Fax.(0274) 373324
Website : bksdadiy.dephut.go.id

Balai Besar KSDA 
Jawa Timur
Jl. Bandara Juanda Airport Surabaya 61253
Tlp. (031) 8667239
Fax. (031) 8671985
Website : www.baungcamp.com

Balai KSDA 
Jawa Tengah
Jl. Dr. Suratmo No. 171
Semarang 50147
Tlp. (024) 7614752

Balai KSDA 
Propinsi Bali
Jl. Suwung Batan Kendal No. 37 Sesetan, Denpasar 80233
Tlp. (0361) 720063
Fax. (0361) 710129
Email: info@ksda-bali.go.id
Website: www.ksda-bali.go.id

Balai KSDA 
Nusa Tenggara Barat (NTB)
Jl. Majapahit No. 54.B Mataram 83115
Tlp. (0370) 627851, 633953
Fax. 0370-627851
Website : www.mount-tambora.org
Email : bksda_ntb@dephut.go.id

Balai Besar KSDA 
Nusa Tenggara Timur (NTT)
Jl. Perintis Kemerdekaan Kelapa Lima
Po.Box. 15 Kupang, Nusa Tenggara Timur
Tlp/Fax. (0380) 832211

Balai KSDA 
Kalimantan Barat
Jl. Achmad Yani No. 121
Pontianak
Tlp. 0561-735635, 760949
Fax. 0561-747004

Balai KSDA 
Kalimantan Selatan
Jl. Sei Ulin 28 Simpang Empat
Po.Box. 1048, Banjarbaru 70714
Tlp. (0511) 4772408
Fax. (0511) 4773370
Email: bksda_ks@telkom.net

Balai KSDA 
Kalimantan Timur
Jl. M.T. Haryono Kel. Air Putih
Kode Pos 1601, Samarinda Ulu
Tlp/Fax. (0541) 743556

Balai KSDA 
Kalimantan Tengah
Jl. Yos Sudarso No. 3 Kode Pos 32, Palangkaraya 73112
Tlp. (0536) 3221268
Fax. (0536) 3237034
Website: bksdakalteng.dephut.go.id
Email: balaiksdakalteng@yahoo.com

Balai Besar KSDA 
Sulawesi Selatan
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 13
Makassar 90242
Tlp. (0411) 590370
Fax. 0411-590371

Balai KSDA 
Sulawesi Tengah
Jl. Prof. M. Yamin No. 19 Palu 94121
Tlp/Fax. (0451) 481106

Balai KSDA 
Sulawesi Utara
Jl. Tololiu Supit, Kotak Pos 1080
Manado 95117
Tlp. (0431) 868214
Fax. 0431-864296
email: bksda.sulut@yahoo.id
Website: bksdasulut.dephut.go.id

Balai KSDA 
Sulawesi Tenggara
Jl. La Ute No. 7 Kendari
Tlp/Fax. 0401-326716

Balai KSDA 
Ambon
Jl. Kebun Cengkeh, Kotak Pos 1176
Ambon 97128
Tlp/Fax. 0911-343619, 362034

Balai KSDA 
Papua
Jl. Raya Abepura,
Kota Raja, Jayapura 99351
Tlp. 0967-581596
Fax. 0967-585529

Balai Besar KSDA 
Papua Barat
Jl. Jend. Sudirman No. 40 Sorong
Papua Barat 98401
Tlp. 0951-321986
Fax. 0951-334073

BURUNG DULU BARU TELUR ATAU TELUR DULU BARU BURUNG ???

Telur dan Burung pun tak tau mana yang lebih dulu......
Cekibrooot video yang berhasil saya rekam sendiri di Farm kami...sebuah TELUR JALAK BALI menetas dalam sebuah inkubator.
Sungguh kejadian yang ruaaarrr biasa...Maha Dahsyat PenciptaanNya... 
monggo dibawah ini Link Youtube nya

penetasan Telur JALAK BALI

Tertarik dengan Penangkaran Jalak Bali ?
silahkan kunjungi kami di

Fanpage Jalak Bali Jogja

Blog Jalak Bali Jogja 



Ayam atau telur, mana yang duluan ada? Ayam berasal dari telur, tapi telur juga berasal dari ayam. Jadi muter-muter gini. Kalau boleh bercanda, jawabannya adalah tergantung yang mana disebut duluan. Tapi, para ilmuwan sudah berhasil mengungkap teka-teki ini. Menurut hasil riset tim ilmuwan dari Sheffield dan Warwick University di Inggris, ayam lebih duluan ada daripada telur.

Penjelasan singkatnya begini, bahan pembentuk cangkang telur adalah protein yang hanya dapat ditemukan di indung telur ayam. Jadi, telur ada hanya jika diproses di dalam tubuh ayam. Pasti pada penasaran gimana para ilmuwan tersebut berhasil mengungkap teka-teki ini. Tim ilmuwan tersebut menggunakan sebuah super komputer untuk memperbesar proses pembentukan sebuah telur. Mereka menemukan bahwa protein yang bernama ovocledidin-17 atau OC-17 bertindak sebagai katalis untuk mempercepat pembentukan cangkang telur. Dengan super komputer bernama HECToR yang berada di Edinburg, Skotlandia, tim ilmuwan mengungkapkan bahwa OC-17 sangat penting dalam kristalisasi yang merupakan tahap awal pembentukan cangkang. Protein tersebut mengubah kalsium karbonat menjadi kristal keras yang menjadi bahan pembuat cangkang.

OC-17 mempercepat produksi cangkang telur dalam tubuh ayam sehingga dalam waktu 24 jam sebuah telur siap untuk dikeluarkan. Yang perlu digarisbawahi dalam penemuan ini adalah bahwa telur tidak dapat diproduksi tanpa OC-17 yang terdapat dalam indung telur ayam. Jadi, ini berarti bahwa ayam pastilah lebih dulu dibandingkan telur. Teka-teki ayam dan telur pun terpecahkan.

Nah kalo diatas sudah kita bahas soal asal muasal telur...sekarang kita bahas soal Fertil dan invertilnya Telur.

Setiap penangkar burung, baik kicauan, burung hias, merpati, maupun burung kelangenan seperti perkutut dan derkuku, pasti menginginkan produktivitas indukan meningkat dari waktu ke waktu hingga tercapai batas optimal. Faktanya, tidak mudah mencapai sasaran tersebut, terutama akibat jumlah telur sedikit, telur infertil, embrio mati sebelum telur menetas, dan piyik mati beberapa jam atau beberapa hari setelah menetas. Yuk, kita kupas-tuntas semua persoalan ini, agar produktivitas indukan Anda bisa optimal.

Jika dipetakan, ada dua penyebab mengapa telur tidak menetas, yaitu:
Telur infertil (gabuk, kosong, tidak subur).
Telur fertil, tetapi embrio mati di dalam telur sebelum menetas.

Di sini akan dibahas dulu mengenai telur infertil, karena sering dialami para penangkar, khususnya penangkar pemula. Setelah pembahasan mengenai telur infertil, kita langsung masuk ke pembahasan mengenai faktor penyebab telur tidak menetas, meski yang ditetaskan sebenarnya merupakan telur fertil.
Mengapa telur burung bisa infertil?

Telur infertil adalah telur yang sama sekali tidak mengandung sel benih. Dalam bahasa perunggasan, sel benih disebut juga sebagai discus germinalis, yang menempel di permukaan kulit telur (yolk). Sel benih inilah yang nantinya, ketika dierami induk atau ditetaskan dalam mesin tetas, berkembang menjadi embrio, dan pada hari terakhir penetasan memiliki wujud seperti piyik.

Karena telur infertil tidak mengandung sel benih, maka ketika dierami atau ditetaskan tidak akan pernah menetas. Apabila dipecah, telur infertil yang sudah dierami ini tidak berbau busuk, karena memang tidak ada embrio piyik di dalamnya.

Banyak penangkar burung yang kecewa, karena setelah menunggu induk betina mengerami telur selama berhari-hari, telur tidak juga menetas. Mereka tidak tahu jika telur yang dierami sebenarnya infertil. Jika sebelumnya sudah tahu, tentu tidak usah repot-repot dierami, agar induk bisa kembali bertelur dan berharap semua telurnya fertil.

Karena itu, penting sekali bagi penangkar dan calon penangkar untuk mengetahui mengenai telur infertil, serta membedakan antara telur infertil dan telur fertil.

Dan...untuk cara membedakan telur Fertil maupun Infertil kita bahas dilain kesempatan ya..
Berikut juga nanti cara sederhana dalam pembuatan alatnya....

Jumat, 24 Januari 2014

JALAN MENUJU SUKSES...BUKAN JALAN YANG BANYAK DILALUI ORANG

Ada yang setuju dengan ungkapan saya tersebut ??

Dalam bidang usaha apapun...hampir semua jalan menuju sekses pasti jalan yang berliku,banyak batu besar dan kerikil tajam bahkan disertai tanjakan yg tinggi..belum juga nanti ditengah jalan ada gangguan lainnya.

Jalan menuju sukses jarang sekali seperti kita masuk ke gerbang pintu tol..membayar 4000 perak, trus kita bisa melaju menekan pedal gas sedalam-dalamnya dan melaju kencang..sekencang-kencangnya.
Sama seperti breeding burung...apalagi breeding nya burung yang mempunyai kasta Satria..burung yang langka dan dilindungi undang-undang...yang menurut CITIES masuk dalam daftar APENDIX 1. Untuk menangkarkannya kita gak hanya mengurus BENGEKnya...tapi juga ngurus TETEKnya.
Kita harus membuat proposalnya...seperti kita membuat proposal kehidupan kita.

kita berurusan dengan Kementerian Kehutanan..dalam hal ini nanti yang berwenang adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

BKSDA itu opo toh...?? hahahaa....jangankan orang awam, lha saya sebagai penulis disini aja juga baru kenal BKSDA pada awal semester 4 kuliah koq...padahal ngampusnya di KEHUTANAN...ckckckckc.

Jadi jangan heran kalo bagi warga jogja yang melintasi dijalan-jalan tertentu ada Baliho cukup besar yang mana itu ada gambar seorang ibu yang melepaskan monyet, melepas burung dan atau menanam tanaman...trus di bagian pojok nya ada tulisan BKSDA. Itu sebagai upaya pengenalan / sosialisasi.

Wah koq malah nglantur to ...

Nah itu salah satu tetek dan bengeknya...belum nanti kendala soal menangani burungnya..

Tapi ya itu tadi kembali ke jalan yang berliku2...




Mari kita duduk bareng...belajar bersama, sharing bersama...caring bersama....insyallah SUKSES BERSAMA..
kita majukan Breeding Jalak Bali...
Pin : 29B666D6
Find us : 
http://jalakbalijogja.blogspot.com/
fan page Jalak Bali Jogja

Perlu Mimpi Dulu Untuk Mewujudkannya..

find us at :

our Fan Page
Our Blog
pin : 29B666D6

Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.
Jalak bali biasanya berada di semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka, berbatasan dengan kawasan hutan yang rimbun dan tertutup. Jalak bali makan sebanyak satu kali sehari dan makanan yang dikonsumsinya adalah serangga, cacing, dan jangkrik. la juga memanfaatkan tumbuhan sebagai makanannya, antara lain juwet, sotong atau jambu dan pisang.
Jalak bali adalah burung yang suka bergerombol, tetapi jika sudah menemukan pasangannya maka burung-burung tersebut akan hidup berdua. Mereka membuat sarang di pepohonan dengan tinggi kurang dari 175 cm. Di alam, burung ini menunjukkan proses berbiak pada periode musim penghujan, berkisar bulan November hingga Mei. Telur jalak bali berbentuk oval dan berwarna hijau kebiruan. Untuk pengeraman telurnya, jalak bali memerlukan waktu selama 17 hari.

Jalak Bali sebagai salah satu burung eksotis di Indonesia, sering menjadi incaran para kolektor burung maupun pemburu liar demi mengejar harga mahal burung ini. Populasi burung Jalak Bali saat ini sangat terancam kepunahan, habitatnya yang mulai terganggu oleh pemukiman masyarakat, maupun lalu lalang masyarakat di sekitar habitat Jalak Bali. Diduga Jalak Bali ini hanya tinggal belasan ekor saja di alam bebas.



Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana.




Klasifikasi Burung Jalak Bali :
Kerajaan     : Animalia
Phylum        : Chordata
Kelas          :  Aves
Ordo          :  Fasseriformes
Famili          : Sturnidae
Genus         : Leucospar
Species      : Leucopsar rothschildi  (Stressmann 1912)


Burung Jalak Bali Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran burung Jalak Bali mulai dari Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas penyebaran 320 km2.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/burung-jalak-bali.html#sthash.6SDqtmHd.dpuf

Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.  - See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/burung-jalak-bali.html#sthash.6SDqtmHd.dpuf
Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.  - See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/burung-jalak-bali.html#sthash.6SDqtmHd.dpuf
Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan. 

Burung Jalak Bali Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran burung Jalak Bali mulai dari Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas penyebaran 320 km2.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana

Klasifikasi Burung Jalak Bali :
Kerajaan     : Animalia
Phylum        : Chordata
Kelas          :  Aves
Ordo          :  Fasseriformes
Famili          : Sturnidae
Genus         : Leucospar
Species      : Leucopsar rothschildi  (Stressmann 1912)
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/burung-jalak-bali.html#sthash.6SDqtmHd.dpuf
Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan. 

Burung Jalak Bali Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran burung Jalak Bali mulai dari Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas penyebaran 320 km2.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana

Klasifikasi Burung Jalak Bali :
Kerajaan     : Animalia
Phylum        : Chordata
Kelas          :  Aves
Ordo          :  Fasseriformes
Famili          : Sturnidae
Genus         : Leucospar
Species      : Leucopsar rothschildi  (Stressmann 1912)
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/burung-jalak-bali.html#sthash.6SDqtmHd.dpuf
Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan. 

Burung Jalak Bali Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran burung Jalak Bali mulai dari Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas penyebaran 320 km2.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana

Klasifikasi Burung Jalak Bali :
Kerajaan     : Animalia
Phylum        : Chordata
Kelas          :  Aves
Ordo          :  Fasseriformes
Famili          : Sturnidae
Genus         : Leucospar
Species      : Leucopsar rothschildi  (Stressmann 1912)
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/burung-jalak-bali.html#sthash.6SDqtmHd.dpuf
Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan. 

Burung Jalak Bali Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran burung Jalak Bali mulai dari Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas penyebaran 320 km2.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana

Klasifikasi Burung Jalak Bali :
Kerajaan     : Animalia
Phylum        : Chordata
Kelas          :  Aves
Ordo          :  Fasseriformes
Famili          : Sturnidae
Genus         : Leucospar
Species      : Leucopsar rothschildi  (Stressmann 1912)
- See more at: http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/burung-jalak-bali.html#sthash.6SDqtmHd.dpufdgdsgds

Rabu, 22 Januari 2014

JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) BURUNG LANGKA DAN DILINDUNGI

Jalak bali (Leucopsar rothschildi) merupakan salah satu jenis burung yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Penampilannya yang eksotik, serta nilai kelangkaannya, membuat banyak kicaumania berduit yang ingin mengoleksinya.
Ada beberapa persyaratan untuk bisa menjadi penangkar jalak bali, atau burung langka / dilindungi lainnya. Antara lain harus memperoleh izin penangkaran dari BKSDA di masing-masing provinsi.
Nah, setiap penangkar boleh menjual hasil breeding kepada orang lain, dengan syarat burung harus dipasangi kode ring ketika burung berumur 5 – 15 hari, dan kode ini harus dicantumkan pula dalam sertifikat. Sertifikat ini dikeluarkan BKSDA. Jadi, pembeli harus mencocokkan antara kode ring dan sertifikat tersebut.
Untuk info lebih lanjut silahkan kunjungi kami di
Fan Page Jalak Bali Jogja
atau 
jalakbalijogja.blogspot.com
ato bisa add pin BB kita di 29B666D6